Rabu, 23 Februari 2011

HANYA KEPADA MU


Sebelum ajal memberi mati.
Sucikan batin dari jerat birahi.
Dengan menyebut kalam Illahi.
Mohon ampun pada Mu Rabbi.

Ya Illahi Rabbi.
Dosa ini sedalam laut mati.
Jiwa ini terperangkap surga duniawi.
Jauh dari siraman ayat suci.

Illahi penguasa malam.
Kutunaikan shalat malam.
Kulantunkan zikir kidung malam.
Tuk hapuskan noda hitam.

Illahi, Dzat Mu sungguh suci.
Kepadamu hamba berserah diri.
Bebaskan hati yang terpatri.
Dari godaan syetan yang Kau maki.

Illahi, kutahu Engkau maha memberi.
Tunjukkan aku jalan menuju syurgawi.
Yang konon mewangi kasturi.
Dan berpenghuni para bidadari.

Ya Rohman Ya Rohhim
Jauhkan aku dari sifat dzolim
Astaghfirullah hal adzim.
Astaghfirullah hal adzim.
Astaghfirullah hal adzim.
                                                            Muara Bungo, 27 Januari 2011

LARUT MALAM


Sudah larut malam.
Sesekali nyanyian jangkrik mencumbu sunyi.

Orang-orang lelap dibuai mimpi.
Aku tak bisa tidur, di sini.
Gelisah menjadi candu malam.
Mabuk batinku, rindu pada tiada.

Ya Allah... Batinku resah.
Rindu mengiba,
Lumpuh rasa,
Ajal tak juga merapat.

                                      ~Bungo, 06 Januari 2011, 01:45~

RANTING PATAH

Sampai pada penghujung pengharapan.
Tuah tak bersua.
Karam dilaut kelabu.
Ranting patah diterpa angin basah.
Jatuh rebah, menimpa rumput layu.

Adik...,
Jalinan kasih putus diujung senja.
Lemah, lesu.
Dihardik Datuk Paduko Rajo.

Dan malampun kelam, tak menemu terang.
Baik, baik, aku 'kan mengabur jua dihening malam.
Tak mauku mengiris lukamu


                                    -M.Bungo, 03/01/2011-

LALU BAGAIMANA LAGI


Lalu bagaimana lagi
Bila begini
Kau tutup pintu hati rapat-rapat
Sedang kau menuba rindu
Atas cinta yang kau dustakan
Berbulan-bulan aku dalam penantian yang tiada

Mari,
Mari, Lepaskan rindu yang mendera
Aku ada...,
Buat bersama

Tapi bagaimana
Bila kau tutup pintu hati rapat-rapat
Sedang kuncinya tak kumiliki

Ah..,
Kau enggan bicara
Bila aku minta cinta pada setia
Lelahku kian mengikis asa
Beri luka pada derita
Lelahku buatku lelap
Tapi sesaat
Selebihny terjaga
Menanti pada kesia-sian

                                       ( Muara Bungo, 23 Desember 2010 )

INSAN PERINDU

Desiran angin sayup.
Menyenandung kidung rindu.
Malampun mencumbu sunyinya kebisuan.

Kuncup bunga malam bermekaran.
Semerbak mewangi kasturi.
Membuai malam meromantis.

Desah desah kerinduan.
Memeluk asa yang tertunda,
Tenggelam dalam palung hati.

Cinta tak jg musnah, dinda?
Menyala meleburkan kerinduan yang membeku.
Tak kuasa batin mengingkari kerinduan yang merayu,
Laksana karang merindukan ombak,
Laksana gurun menanti air,
O,,, malang insan perindu,
Dahagamu menandus rindu,

                                              (Bungo, 17 /12 /10)

RAPUH


Senja berlalu menguncupkan sayap-sayapnya.
Melepaskan lelah pada dedahan peraduan.
Malampun ambil kuasa.
Mengepakan sayap menguasai kelam.

Aku masih disini.
Merangkaki punggung waktu mencari arti.
Terkadang terjal menanti.
Menanti menadahkan taring-taring runcing siap mencabik.
Dan menghempaskan ku pada keremukan.
Menjanjikan rengsa yang maha dasyat.

Suara-suara kebimbangan menggetarkan kalbu.
Seolah menjajah jiwa rapuh.
Yang kian terpojok pada keyakinan asa.
Asa yang kian samar.

                                               (Muara Bungo, 13 Desember 2010)