Jumat, 24 Desember 2010

BAIT BAIT TINTA MERAH

Jalanku pada malam kelam.
Kubikin sunyi menyenandung pilu.
Menyemai perih,
Bait baitku tumpukan kecewa.
Kurangkai kata dengan tinta merah, tanda luka.
Kecewaku dalam sedalam samudra.

Cuma padamu srigunting,
Tadah nestapa,
Ketawa kau dimalam buta, enggan berbagi,
Angkuh mahkotamu,
Melaknat perihku tak berhingga.

                                                      ( Muara Bungo, 23 Desember 2010 )

BAIT BAIT SENJA

Ku torehkan sajak
Pada bait-bait senja merah jingga
Akankah tiba pada ujung kenang
Atau sirna seiring asa menanti ajal

Ku urai kata pada dahan-dahan waktu
Madah tak indah, sumbang rimanya.
      Tak seapik syair Hamzah.
      Tak segarang binatang jalang
Tapi inilah adanya
Kelana senja, penyair amatir
Pada getirnya asa meluruh waktu.
                "belum dapat tempat"
Tak apa,
Lelahku tak menyia-nyia waktu
Hariku penuh makna, untukku sendiri tentunya.
Aku kan terus terjaga
Mengukir ini tugu

                                          ( Muara Bungo, 23 Desember 2010 )

LALU BAGAIMANA LAGI

Lalu bagaimana lagi
Bila begini
Kau tutup pintu hati rapat-rapat
Sedang kau menuba rindu
Atas cinta yang kau dustakan
Berbulan-bulan aku dalam penantian yang tiada

Mari,
Mari, Lepaskan rindu yang mendera
Aku ada...,
Buat bersama

Tapi bagaimana
Bila kau tutup pintu hati rapat-rapat
Sedang kuncinya tak kumiliki

Ah..,
Kau enggan bicara
Bila aku minta cinta pada setia
Lelahku kian mengikis asa
Beri luka pada derita
Lelahku buatku lelap
Tapi sesaat
Selebihny terjaga
Menanti pada kesia-sian

                                       ( Muara Bungo, 23 Desember 2010 )

KEPADA PEMBURU TAHTA

Tak usah kau mengukir senyum
Bila hanya kepalsuan
Ibarat embun pagi Sirna saat surya meninggi
Sejuk sesaat, kemarau membakar
Membakar mencipta dahaga

Tak usah kau barter simpati kami
Dengan secuil jasa yang kau catat
Sederet janji memenuhi buku harian, kian usang
Karena debu pekat gersang

Kami rakyat
Bukan budakmu sekarang
Diam dan tunduk,
Saat celotehanmu berkoar atas mimbar
Kami bukan si bodoh
Terpedaya muslihat emasmu
Kami ingin kepastian
Atas persetujuan janji bakti.

                             ( Muara Bungo, 23 Desember 2010 )

PERSEMBAHAN MALAM


Ada rindu tersisa.
Pada ruang hampa.
Rindu pada siapa??
...Pada dinda??
Senandung sayang menuba duka.
Ego sirna pada kelam mengurai sunyi.

Getir...
Mengukir rindu pada dinding sepi.
Senyum kaku persembahan malam.
Seakan memaki pecundang.

Pecundang

Asa pun terbuang pada samudera kelam.

(Muara Bungo, 23 Des 10)