Senin, 14 November 2011

BUMI TAK PERNAH TIDUR

Kita terlalu egois menutupi retak cermin
Atas nama kenikmatan, alam tergadaikan
Tanah tandus tak kenal hutan dan semak
Sementara laut tak bersahabat dengan pantai

Gunung semakin resah
Ingin memuntahkan magma yang menyesak dada
Bernafsu membasahi sungaisungai dan lembah
yang tak lagi basah
Sementara, orangorang tak sadar
terbuai kenikmatan yang memperkosa raga

Sesungguhnyalah musim menyimpan duka
dan kita telah lupa akan badai
Ketika tunas dan bunga tumbuh terkulai
Ketika angin membawa rantai petaka
kata pun tersekat di kerongkongan…

Bumi tak pernah tidur
Dia kan melonjak mengangkat kepalanya
Berontak, nyalakan cahaya di padang kuburan
Kita cuma bisa ketakutan, resah dipeluk putus asa

Dari bukit, gunung, hingga pantai berair merah
Awan tak berbintang, tak bermatahari
Penjara duka, mengepulkan asap dupa berbaur anyir darah
Kita akan kembali menyimak dongeng orang
orang kuno di tanah ini

Pelepat, 081111
-Badai menyapu negeriku-

Senin, 03 Oktober 2011

BUAT SAUDARAKU

Kita di sini berpadu
Di tanah lapang, di atas kerikil-kerikil berserakan
Bersama berselimut debu
Karena kita satu

Pelepat, 01 Oktober 2011

Jumat, 23 September 2011

SELAMI LEBIH DALAM

Kesaksian malam buntu
Segala canda tawa
Bikin malam pecah berderai
Kuserahkan padamu
Sekumtum melati
Berjabat kau dan aku

Tapi tidak di sini, di kalbuku
Mestinya lebih dalam ruang kau masuki
Masih banyak darah bercecer
Luka tak pernah kering
Pedih!
Perih!
Menjadi buah sangsi

Telaga ini begitu dalam
Selami sendiri
Agar kau tahu
Apa yang hilang


Muara Bungo, 15 September 2011

Kamis, 22 September 2011

BILA SAATNYA TIBA

Bila serinai sangkakala bersuara
Nada-nada mengalun menulikan telinga
Matahari  enggan mengintip
Dari biliknya di timur
Rembulan pulas berselimut api
Gunung dan bukit-bukit berhamburan seperti kapas
Mendarat bebas menerpa segerombolan anai-anai
Mendidih samudera dan sungai-sungai
Mengepul meninggalkan padang tandus
Anai-anai berserakan tak berhingga

Masyar
Kehidupan menjamur di atas gurun
Matahari tertawa di atas ubun-ubun
Bocah-bocah mungil bermata bening
Berlari-lari riang
Memanggul kantung-kantung tirta
Tersenyumlah, berbahagialah ibunda bermahkota mulia

Saatnya telah tiba
Kesaksian dan pengadilan sejati
Akhirat !
Semua bicara jujur dan mahabenar

Hisab !
Rambut terbelah tujuh
Titian menuju jannah
Melintas membelah nar

Hey !
Orang-orang berjatuhan
Terperangkap samudera darah dan nanah merah
Busuk menyengat hidung sesak
Lidah-lidah api menjilat binal
Erang dan jeritan tindih-menindih
Tiada terkira maha pedih derita menyayat-nyayat

Ada pula yang tersenyum
Di taman-taman firdaus
Bunga-bunga bermekaran
Sungai-sungai madu mengalir di tengahnya
Amboy  !
Indahnya.

                                                Muara Bungo, 18 September 2011

Selasa, 30 Agustus 2011

KITA ADALAH OMBAK

Kita adalah ombak
Kejar mengejar menerjang karang
Pecah berderai menjadi buih
Sedang karang angkuh  bergeming
                                                                                                                              24 Agustus 2011

PENYESALAN DALAM DENDAM

merah
merah
merah darah
senandung merah

dendam  menjadi noktah
jangan biarkan jiwa resah
kala jiwa terbaring lemah
di atas altar berdarah


pagi dingin terasa gerah
madah kian tak terarah
karena hati resah
kecawaku, emas berzirah

senyum terukir di bibir rembulan
cibir nyinyir nista ditelan
jiwa hitam terus berjjalan
menuju peraduan sang rembulan

dendam mengeram
coba diredam
dan terpasung di ruang temaram
pada akhirnya hati yang karam.

Pedih hati tak terperi
Tertatih jiwa berdiri
Menggali kubur asa yang mati
Dibunuh cinta berduri

O dewi peminta cinta mati
Kau bunuh rasa sejati
Terbujur binasa di palung hati
Membusuk benci menjadi-jadi

O insan pengagum cinta sejati
Jangan tertipu muslihat sumpah mati
Dusta, tidak ada cinta sejati
Cinta tidak sepenuhnya memberi

Wahai insan pemuja cinta sejati
Bodoh bila ikrarkan sumpah mati
Fikir bila maut bernyanyi
Akan kekasih turut mati

Wuahahahahaha!
Bodoh, sumpah mati itu dosa
Dilaknat Yang Kuasa
Batin juga kan tersiksa

Dewi pembawa luka
Lihatlah aku semakin gila
Serapah kian jumawa
Pasung jiwa dalam dosa

Ya Allah Yang Maha Kuasa
Aku hanya insan hina bernoda
Berapa lama derita mendera
Terlalu pedih batin terluka

Ya Allah Yang Maha Kuasa
Padamu jua kumeminta
Hamba-Mu berlumur dosa
Mohon ampuni jiwa hamba

Astaghfirullah hal adzim
Ya Rohman Ya Rohim
Jauhkan hamba dari perbuatan dzalim
Juga dari sifat lalim

Ya Allah ya Robbi
Aku lebur dalam tipu duniawi
Aku lalai dalam mengabdi
Terimalah taubat pensuci diri

Ya Allah pada-Mu kumengadu
Mohon petunjuk dan Ridho-Mu
Kuserahkan jiwa dan ragaku
Jauhkan hamba-Mu dari sifat meragu

Ya Allah tuhanku Robbi
Sesungguhnya hamba-Mu telah merugi
Dendam telah memasang hati
Beri kesempatan tuk benahi diri

Ya Allah pencipta jagat raya
Engkau beri siang pada dunia
Pada-Mu kumeminta
Penuhi kalbuku dengan cahaya

                                    24 April 2011

TIRANI YA’JUD DAN MA’JUD

Riuh bernyanyi senandung Ya’jud dan Ma’jud
Tentang perdamaian
Berenda kuasa
Amanah Dajjal
Merompak
Menindas
Menggilas
Beringas
Binal
Memperkosa
Moleknya perawan

Adikuasa bertangan besi
Menjamah liar
Penuh birahi binal
Pada kemulusan mayapada

Sempurna perdamaian
Sempurna keadilan
Di atas penindasan rimba

Tapi, semangat tetap berkobar
Memeluk jasad bertebaran
Di tanah terkutuk
Jazirah perang abadi
Sejak zaman para nabi


Laksana detikdetik waktu
masih berdetak semangat dalam nadi
Menentang ajal dengan berani

Elang dan gagak melintas
Hilir mudik berak di atas lautan darah
Kurakura muntahkan dentuman
Menggema paduan suara kematian

Seorang anak manusia berlari
Menyonsong maut
Membunuh takut
Dengan nyali berapi
Berteriak lantang
Menatap langit

“Tuhan di mana kebenaran?
Di mana pasukan ababil-Mu?
Kirimkkan segera
Libas habis pengikut dajjal
Seperti musnahnya pasukan gajah”

Menatap lautan darah yang mendidih
Dalam geram menerjang
Angkat senjata ke medan perang
Walau peluru bersarang di dada
Walau raga lebur jadi debu
Namun semangat tidak akan mati
Tetap menjadi energi
Di tanah berdarah syahid

                                                    25 Mei 2011