Kesaksian malam buntu
Segala canda tawa
Bikin malam pecah berderai
Kuserahkan padamu
Sekumtum melati
Berjabat kau dan aku
Tapi tidak di sini, di kalbuku
Mestinya lebih dalam ruang kau masuki
Masih banyak darah bercecer
Luka tak pernah kering
Pedih!
Perih!
Menjadi buah sangsi
Telaga ini begitu dalam
Selami sendiri
Agar kau tahu
Apa yang hilang
Muara Bungo, 15 September 2011
Selamat datang Di Rumah Puisi Buana Kembara Senja # Bila sahabat-sahabat berminat mencopy dipersilahkan dengan syarat mengikutsertakan nama pengarangnya, salam damai #
Jumat, 23 September 2011
Kamis, 22 September 2011
BILA SAATNYA TIBA
Bila serinai sangkakala bersuara
Nada-nada mengalun menulikan telinga
Matahari enggan mengintip
Dari biliknya di timur
Rembulan pulas berselimut api
Gunung dan bukit-bukit berhamburan seperti kapas
Mendarat bebas menerpa segerombolan anai-anai
Mendidih samudera dan sungai-sungai
Mengepul meninggalkan padang tandus
Anai-anai berserakan tak berhingga
Masyar
Kehidupan menjamur di atas gurun
Matahari tertawa di atas ubun-ubun
Bocah-bocah mungil bermata bening
Berlari-lari riang
Memanggul kantung-kantung tirta
Tersenyumlah, berbahagialah ibunda bermahkota mulia
Saatnya telah tiba
Kesaksian dan pengadilan sejati
Akhirat !
Semua bicara jujur dan mahabenar
Hisab !
Rambut terbelah tujuh
Titian menuju jannah
Melintas membelah nar
Hey !
Orang-orang berjatuhan
Terperangkap samudera darah dan nanah merah
Busuk menyengat hidung sesak
Lidah-lidah api menjilat binal
Erang dan jeritan tindih-menindih
Tiada terkira maha pedih derita menyayat-nyayat
Ada pula yang tersenyum
Di taman-taman firdaus
Bunga-bunga bermekaran
Sungai-sungai madu mengalir di tengahnya
Amboy !
Indahnya.
Muara Bungo, 18 September 2011
Nada-nada mengalun menulikan telinga
Matahari enggan mengintip
Dari biliknya di timur
Rembulan pulas berselimut api
Gunung dan bukit-bukit berhamburan seperti kapas
Mendarat bebas menerpa segerombolan anai-anai
Mendidih samudera dan sungai-sungai
Mengepul meninggalkan padang tandus
Anai-anai berserakan tak berhingga
Masyar
Kehidupan menjamur di atas gurun
Matahari tertawa di atas ubun-ubun
Bocah-bocah mungil bermata bening
Berlari-lari riang
Memanggul kantung-kantung tirta
Tersenyumlah, berbahagialah ibunda bermahkota mulia
Saatnya telah tiba
Kesaksian dan pengadilan sejati
Akhirat !
Semua bicara jujur dan mahabenar
Hisab !
Rambut terbelah tujuh
Titian menuju jannah
Melintas membelah nar
Hey !
Orang-orang berjatuhan
Terperangkap samudera darah dan nanah merah
Busuk menyengat hidung sesak
Lidah-lidah api menjilat binal
Erang dan jeritan tindih-menindih
Tiada terkira maha pedih derita menyayat-nyayat
Ada pula yang tersenyum
Di taman-taman firdaus
Bunga-bunga bermekaran
Sungai-sungai madu mengalir di tengahnya
Amboy !
Indahnya.
Muara Bungo, 18 September 2011
Langganan:
Postingan (Atom)